Senin, 22 April 2013

Seulawah on the Sky (surat terbuka untuk putra sulung Prof)

Sallam. Semoga Anda sekeluarga sehat dan selalu berada dalam lindungan dan hidayah Allah. Saya tidak sengaja membaca special interview Anda bersama detikcom Jakarta. Link ke media online tersebut saya terima dari page/ akun fb saya. Saya tidak mengingat banyak hal namun, saya ingin menambah sedikit pembicaraan tersebut. Mas Ilham, jika benar itu nama Anda. Dengan sangat hormat dan rasa simpati saya ingin menegaskan bahwa profesor tidak pernah bermimpi soal dirgantara Indonesia. Jika beliau berjanji pada dirinya sendiri untuk bisa menerbangkan pesawat yang bukan Seulawah di dunia ini, saya yakin dan percaya itulah aeronautika sebagai sebuah ilmu yang harus dipraktekkan dan diwujudkan dalam karya nyata. Saya masih menjadi mahasiswa ketika profesor menjadi presiden setelah Pak Harto. Saya tidak pernah bertatap muka dengan beliau namun tidak sengaja saya pernah menjadi bagian dari sebuah pertemuan dengan menteri penerangan (saat ini kominfo) saat itu. Beberapa orang aktivis pers mahasiswa dari kampus-kampus di Bandung hadir disana (termasuk saya). Menteri membahas soal kebebasan pers dan kami pun berdiskusi. Jika memang ada pesawat lain selain karya profesor yang kelak diproduksi, saya harap itu tidak sekedar janji dan mimpi, Mas .... Harapan profesor bukanlah mimpi. Jadi harapan beliau bukanlah pepesan atau omong kosong terlebih soal Indonesia. Jangan patah arang dan berhenti (putus asa) ketika Anda bersama IPTN yang dibangun profesor itu harus berhadapan dengan nominal yang tidak main-main untuk bisa memproduksi satu jenis pesawat saja (pun sebesar airbus). IMF mungkin bukan pilihan terbaik sebab saya tidak ingin mengajak Anda terseret dalam hutang bunga berbunga. Banyak jalan, Mas Ilham ... namun hanya satu jalan menuju surga : ketakwaan! Semoga harapan profesor dan rasa sayang Anda pada beliau akan terwujud dalam karya-karya spektakuler. Jika profesor tidak lagi menjadi presiden, itu bukanlah masalah sebab kenyataan saat ini adalah : ia telah menjadi seorang penulis terbaik di masanya. Selamat menghadapi bulan baru dan semangat selalu ... sukses untuk "Habibie dan Ainun"

Jumat, 26 Agustus 2011

Nation or Statuta

Jika Safir Senduk pernah menjadi penasihat keuangan di Tabloid NOVA, maka di BB, Mas Safir akan menjadi “pengamat” benda-benda antik dan bernilai tinggi. Mungkin ini bisa menjadi pelepas kebosanan Mas SS yang kali aja lagi bosen setengah mati ama soal-soal yang berhubungan dengan hal-hal merencanakan keuangan. Terpilihnya Mas SS disebabkan atas dasar ; namanya yang mirip dengan sebuah batu indah yang bernama SAFIR. So, mulai tahun 2011 ini, kita nyatakan saja bahwa Mas SS akan menjadi pakar di BB dalam kolom-nya Mas Safir.
Obrolan ringan dengan seorang jurnalis tentang dunia apa yang enak kita hidupkan ketika usia pensiun menjelang. … duh, dari dulu aku demen ama si kakek itu. Tanpa kekerasan hatinya untuk tetap mempertahankan GARUDA bisa terbang di bumi Indonesia, entah apa jadinya suatu daerah yang baru ditimpa bencana. Maksudnya ? Kakek itu trademark untuk industri penerbangan kita. Walau masa itu ia masih belum terlalu tua, ia dicela sebagian orang karena dianggap terlalu cendikia dan teknokratis. Ia masih saja berdialog dengan Airbus di negeri asalnya. “Bayangkan, alat transportasi apakah yang bisa menjangkau daerah rawan bencana?” “Setelah tsunami?” “Di Aceh, Nias atau Jepang?” “Di ketiganya, gempa dulu kan?” “Ya …. pesawat.” “Kereta api?” “Gak bisa, soalnya relnya belum kepasang.”

BlackberrY dan Smartphone

Tak terasa kita sudah berada di awal tahun 2011. Apa yang tersisa di penghujung tahun 2010 lalu? Masih adakah cadangan lemak atau sisa GAS yang tersimpan dalam safe deposit box Anda? Sudah bisa apa si kecil? Jika ia lahir di atas tahun 2000, tentu ia sudah bisa menghitung usianya dengan jari tangannya yang mungil. Lalu bagaimana dengan bapaknya? Adakah ia ambil jari-jari kaki ayahnya untuk ikut berhitung, mungkin saja jari tangannya sudah tak lagi cukup menghitung sudah berapa butir nasi yang masuk ke perutnya sejak awal tahun ini. Atau jangan-jangan dia sudah bisa ngomong begini, “Daddy, may I ask u to buy a handphone for me? I wanna BlackBerry, and it’s not same with strawberry. If BB is black, strawberry is red, dad! Anak yang pintar … Bapak aja pake ESIA gimana mau ngasi BB buat dirimu? Si kecil pun merajuk. Ia lari ke tetangga sebelah. Seorang kakek, teman main DOMINO ayahnya. “Grandpa, why my daddy angry with me?” Kenapa bapakmu? “I wanna BB but daddy still use ESIA. I don’t understand what happened with my daddy. Situation make me confused.” Nanti kakek bilang kalo dia datang main DOMINO kesini. Si kecil lari ke neneknya, sambil menangis dia bilang, “Grandma, today I wanna go to dentist coz daddy didn’t agree with my request. Daddy still use ESIA but I want daddy understand that today is BlackBerry ERA.” Siapakah yang pintar? HandPhone atau si kecil Anda? Tentu jawabannya, si kecil sebab ia benda hidup sedangkan HP adalah benda mati. Jadi, Anda hanya menghabiskan banyak energi jika terus mempertahankan ESIA dalam genggaman.
Si kecil saja mengerti Blackberry, masa’ sang ayah marah-marah? “Gimana, aku gak marah, wong dia minta BB plus strawberry? Darimana uangku, Aqi?! “Manalah kutau. Dengarlah anak-anak ngomong. Kualat kalo sembarangan.” “Apa yang harus kukatakan?” “Manalah kutau, aku juga gak ngerti dia ngomong apa.” “Dia ngomong apa?” “Dia ngobrol soal handphone, Kek.” “Aku aja masih pake TELKOM. Gak punya HP!” “Nasib.”